Permasalahan terkait lingkungan hidup, khususnya terkait kesadaran atas pentingnya memelihara secara bersama kawasan hutan (baik hutan lindung atau hutan kota), semakin hari kian menjadi penting. Bagaimanapun, cara pandang atas alam yang berpijak terutama pada upaya eksploitasi yang rakus dan semena-mena, sepatutnya segera ditinggalkan. Karya ‘Batang Terakhir’, hadir dari dorongan keprihatinan atas situasi lingkungan terdekat, semisal realitas kawasan Bandung Utara yang kian menghkhawatirkan, bahkan tragis akibat berbagai penyimpangan kebijakan yang didominasi kepentingan kapital (ekonomi) yang abai terhadap dampak yang bakal terjadi. ‘Batang Terakhir’ sebagai bagian dari proses objektivikasi, pada dasarnya menyeret intensi ratapan dan bayangan kecemasan universal terkait krisis ekologi dan kemanusiaan.